Proses Terjadinya Lupa.
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru,
kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan
kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan
seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang
baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh
adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini
disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
Lupa Menurut
Psikologi Belajar
Lupa merupakan
istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap
waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan
dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat
terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja,
orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebagainya. Soal mengingat dan
lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi,
karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu
dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan,
dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. Lupa ialah peristiwa
tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita
sehat(Agus Suyanto, 1993: 46), sedangkan Syah (2008) mengartikan lupa sebagai
hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa
yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Lupa merupakan suatu
gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali
untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference
theory, Retrieval failure, Motivated forgetting, dan lupa
karena sebab-sebab fisiologis(Djamarah, 2008: 206). Teori-teori ini khususnya
merujuk pada memori jangka panjang.
Decay theory beranggapan bahwa
memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah
diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di
simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak
ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun
demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata
disebabkan oleh ausnya informasi. Teori interferensi
beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka
panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi
proses lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu proses mengingat
informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu
proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.Bila
informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang
sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup
sehari-hari kita mengalami hal ini. Adalagi yang disebut interferensi proaktif,
yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses
mengingat informasi yang baru saja disimpan.
Teori retrieval
failure
sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk
mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat
kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian,
bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi
tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
Ke empat, teori motivated
forgetting yang menyatakan bahwa kita akan cenderung melupakan hal-hal yang
tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini
cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini
didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari
penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang
telah disimpan masih selalu ada.
Faktor-Faktor
Penyebab Lupa
Faktor yang
menyebabkan mengapa terjadi lupa belum dapat dijelaskan secara pasti. Namun
kemampuan mengingat bisa dinilai oleh orang-orang di sekitarnya. Sebagai contoh
seorang guru matematika pastinya mampu membedakan peserta didik yang pandai dan
peserta didik yang kurang pandai. Peserta didik yang pandai tentu memiliki
kemampuan yang baik dalam menggali kembali ilmu yang telah dipelajarinya
sedangkan peserta didik yang kurang pandai mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi-materi matematika. Adapun beberapa faktor lain yang
mempengaruhi daya ingat peserta didik adalah sebagai berikut.
Pertama, Seorang
peserta didik akan mengalami gangguan lupa apabila materi pelajaran yang
sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya
materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila peserta didik tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi
yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat diproduksi kembali. Sebagai
contoh, pada waktu peserta didik belajar menjumlah dua bilangan pecahan, mereka
paham dan dapat menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan
dua pecahan. Dalam perkembangan selanjutnya, pelajaran memasuki
pembahasan perkalian dua bilangan pecahan. Mereka mendapatkan fakta bahwa untuk
menentukan hasil kali dua pecahan diperoleh dari perkalian antara kedua
pembilang dibagi perkalian kedua penyebut. Ketika peserta didik diberi soal
penjumlahan dua pecahan maka sering terjadi mereka seolah membuat ‘teori’ bahwa
hasil dari penjumlahan dua pecahan diperoleh dari hasil penjumlahan kedua
pembilangan dibagi hasil penjumlahan kedua penyebut.
Ke dua, seorang
peserta didik akan mengalami gangguan lupa apabila materi pelajaran baru
membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah
lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen peserta didik tersebut.
Dalam hal ini, materi pelajaran akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain, peserta didik tersebut lupa akan materi pelajaran
lama tersebut, karena ingatan tentang materi yang dulu sangat paham walaupun
sedikit rumit tergeser dengan adanya hal yang mudah diingat dan menjadikan
materi matematika menjadi lebih sulit. Misalnya, peserta didik telah mampu
menguasai materi vektor namun karena hobi lain yaitu bermain playstation
yang memerlukan hafalan strategi memainkan stick maka peserta didik akan
menggantikan posisi ingatan untuk materi vektor dengan kombinasi-kombinasi
permainan. Dengan begitu ilmu yang telah diserap tersebut bisa terlupakan
Contoh lain, dalam
pelajaran trigonometri, urutan yang sering digunakan guru sebelum membicarakan
sudut rangkap adalah membahas rumus-rumus penjumlahan, misalnya sin (a+b) = sin
a cos b+ cosa sinb dan untuk memudahkan sering disingkat dengan mengucapkan
‘sin jumlah’. Ketika peserta didik diminta membuktikan sin 2a = 2 sina
cosa, kebanyakan mereka menemui kesulitan karena sudah lupa dengan rumus
sebelumnya yaitu ‘sin jumlah’.
Meskipun penyebab
lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para
guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan pertama dan ke dua, karena
didukung oleh hasil riset dan eksperimen.
Ke tiga, lupa
dapat terjadi pada seorang peserta didik karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima peserta didik kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja
menekannya hingga ke alam ketidaksadaran atau lupa. Dapat pula terjadi karena
item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan. Perubahan sikap
dan minat peserta didik terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan
serius. Karena sesuatu hal sikap dan minat peserta didik tersebut menjadi
sebaliknya, seperti karena ketidaksenangan kepada guru, maka materi pelajaran itu
akan mudah terlupakan. Penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh guru tidak
komunikatif sehingga sulit dipahami oleh peserta didik, penyampaian materi yang
terlalu ringkas, metode yang membosankan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
proses mengingat seorang peserta didik. Proses kegagalan dalam penggalian ilmu
yang telah disimpan ini sebagian besar karena faktor dari dalam diri peserta
didik. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
menyebabkan proses belajar menjadi tidak berkesan sehingga tidak terlalu
diperhatikan oleh peserta didik.
Ke empat, lupa
dapat terjadi pada peserta didik karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang peserta didik hanya
mengenal atau mempelajari bangun geometri segitiga, segiempat lewat
gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa
menyebut nama bangun geometri tadi ketika melihat benda-benda menyerupai bangun
tersebut di lingkungan sekitarnya.
Ke lima, lupa dapat
terjadi karena para peserta didik tidak mendapatkan kunci yang tepat untuk
membuka ingatannya. Setiap peserta didik mempunyai minat yang berbeda-beda.
Misalnya peserta didik memiliki minat belajar matematika saat materi geometri
ruang namun tidak memiliki minat yang sama ketika sedang belajar integral.
Dengan adanya faktor dari diri peserta didik sendiri dapat menimbulkan masalah
dalam proses mengingat.
Ke enam, lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan peserta didik. Menurut asumsi sebagian ahli, materi
yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar
atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Ke tujuh, lupa dapat
dialami seorang peserta didik apabila item informasi yang ia serap rusak
sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak itu tidak hilang dan tetap
diproses oleh sistem memori peserta didik tadi, tetapi terlalu lemah untuk
dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tenggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan
saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek peserta
didik tersebut . Materi pelajaran yang terlupakan oleh peserta didik tidak
berarti hilang dari ingatan akalnya. Menurut (Syah, 2008: 160) materi
pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen peserta didik namun
terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak peserta
didik yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning
(belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki
atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para
peserta didik tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang
memuaskan.
Ke delapan,
lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang
peserta didik yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan
alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada
dalam memori permanennya. Mengenai faktor ke delapan ini, tentu saja semua
orang maklum.
Kiat Mengurangi Lupa
dalam Belajar
Kiat terbaik untuk
mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal peserta didik.
Banyak ragam kiat yang dapat dicoba peserta didik dalam meningkatkan daya
ingatannya antara
lain dilakukan sebagai berikut.
- Pembelajaran
bermakna
Guru sangat
berpengaruh dalam menstimulus atau memotivasi peserta didik untuk belajar
secara efektif, karena tujuan guru mengajar adalah agar materi yang
disampaikannya mampu dikuasai sepenuhnya oleh semua peserta didik, bukan hanya
oleh beberapa orang saja yang memiliki daya tangkap atau serap diatas normal.
Guru harus mampu menjelaskan kepada peserta didik yang kurang cerdas dalam
mengingat dengan sepenuh-penuhnya. Guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna dan berkesan di setiap pertemuannya.
Seorang guru
matematika juga harus mampu mengedepankan pemahaman konsep dari suatu materi
daripada hanya memberikan rumus yang hanya akan menambah bahan yang harus
tersimpan di dalam ingatan. Seorang guru wajib memberikan motivasi agar peserta
didik tidak putus asa dalam belajar. Seorang peserta didik sangat membutuhkan
motivasi dalam proses belajar. Peserta didik harus sadar akan tujuan yang harus
dicapai, mendorong peserta didik untuk melibatkan diri. Peserta didik akan
lebih mudah mengingat jika selama belajar dia berniat untuk mengingat kelak.
Maka seorang guru wajib membangkitkan motivasi dan minat untuk belajar peserta
didik dengan selalu menekankan bahwa di dalam matematika, materi yang telah
dipelajari akan berguna atau akan dipakai lagi di materi berikutnya.
Pembelajaran bermakna
menekankan pentingnya pengetahuan prasyarat dalam membahas suatu materi ajar.
Guru perlu menerapkan pembelajaran yang bersifat kumulatif agar peserta didik
untuk melatih peserta didik untuk selalu mengingat tentang materi yang sudah
dipelajarai. Sebagai contoh, apabila membahas operasi pengurangan, guru perlu
mengingatkan operasi penjumlahan agar peserta didik memahami hubungan antara
kedua operasi. Jika membahas operasi perkalian guru perlu menyelipkan
pertanyaan tentang operasi penjumlahn dan pengurangan. Agar tidak terjadi miskonsepsi
antara cara menjumlah dan mengalikan dua bilangan pecahan, guru dapat
menyelipkan pertanyaan misalnya “Apa perbedaan cara menjumlah dan mengalikan
dua pecahan?”.
Peserta didik
memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajarnya. Misalnya,
peserta didik membutuhkan objek contoh tiga dimensi pada pelajaran geometri
ruang, peserta didik belajar matematika diberbagai tempat dan menggunakan
matematika untuk berbagai keperluan, peserta didik mampu mengembangkan sikap
menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik di
sekolahan maupun di rumah. Menurut teori belajar kognitif Ausubel yaitu
mengedepankan pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas dan tetap
mengutamakan pembelajaran bermakna. Peserta didik memerlukan teman dalam
mempelajari matematika: belajar dalam kelompok dapat melatih kerjasama, belajar
secara klasikal memberikan kesempatan untuk saling bertukar gagasan, dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatannya secara
mandiri. Pada situasi sekarang pembelajaran seperti uraian di atas disebut
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan).
2. Penerapan Teknik
Mnemonic
Teknik mnemonic ada
yang mengatakan ‘jembatan keledai’ adalah teknik yang sudah dikenal di jaman Yunani
dan Romawi kuno yaitu mnemonikos yang artinya mengingat sehingga
teknik mnemonics dapat membantu ingatan. Mnemonic digunakan pada tugas belajar
yang berbeda dan merupakan proses atau teknik mengembangkan memori. Dari banyak
penelitian terbukti bahwa strategi mnemonic ini jelas dapat meningkatkan
ingatan.
Menurut Eric Jeansen
(2002: 72), mnemonic merupakan suatu teknik untuk membantu mengingat
dalam jumlah besar informasi yang melibatkan tiga unsur yaitu : pengkodean,
pemeliharaan, dan mengingat kembali. Dengan menerapkan beberapa teknik mnemonic
untuk mengingat sesuatu informasi proses ingatan akan lebih mudah, karena
mnemonic selalu menggunakan prinsip asosiasi (penghubung) dengan sesuatu yang
lain. Beberapa contoh penerapan teknik mnemonic.
- Untuk menghafal
beberapa warna pelangi yaitu ‘merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
ungu’ digunakan mnemonic berupa akronim ”mejikuhibiniu”
- Dalam
trigonometri:
1) Untuk mengingat
perbandingan trigonometri yang bernilai positif pada tiap kuadran
digunakan istilah ‘Alsintankos atau Semanis Sinta Tanpa
Kosmetika’ maksudnya
‘Al =
all’ artinya pada kuadran I, semua nilai perbandingan trigonometri
positif,
‘sin’ =
sinus artinya pada kuadran II hanya sinus yang bernilai positif,
‘tan’ =
tangen, pada kuaran III hanya tangen bernilai positif, dan
‘kos’=
cosinus, pada kuadran IV hanya kosinus yang bernilai positif.
2) Untuk mengingat
perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku dikenalkan istilah
‘sidemi; kosami;
tadesa’, maksudnya:
sin a = sisi depan;
cos a = sisi samping; tan a= sisi depan
sisi miring
sisi miring
sisi samping
3) Dalam
perbandingan trigonometri jumlah dua sudut, digunakan istilah ’sin jumlah=
sinkos + kossin’,
untuk mengingat rumus sin (a+b) = sin a cos b+ cosa sinb, dan
‘2sinkos = sin jumlah
+ sin selisih’, untuk mengingat rumus 2 sina cosb = sin (a + b )+
sin (a-b).
3. Rima dan lagu
Rima dalam tekhnik
mnemonic merupakan penggunaan kata-kata yang memiliki suku kata yang sama. Rima
dalam hal ini dapat ditambahkan dengan pengulangan kata-kata tersebut sehingga
kata-kata tersebut memberikan gambaran terlebih lagi dengan adanya iringan atau
penambahan lagu sehingga kata-kata yang akan dihafal lebih hidup dan memberikan
bekas pada ingatan. Penggunaan tekhnik ini akan hidup/menjadi kesenangan,
terutama bagi mereka yang suka berkreasi. Rima dan lagu akan tergambar pada
memori audio seseorang dan akan berguna bagi mereka yang akan memepelajari
warna nada, lagu, dan puisi dengan mudah.
Contoh:
Syair Rumus Luas
Bangun Datar, dengan lagu ‘cucak rawa’
p kali l luas
persegipanjang
s kali s luas
persegi
½ a kali t
luas segitiga
p kali r kali r luas
lingkaran
Mari kita sebut rumus
yang lain
a kali t luas
jajargenjang
½ a tambah b
kali tinggi
Itu rumus luas trapesium
Dua kali panjang
ditambah lebar
Itu keliling
persegipanjang
Empat kali s
keliling persegi
p kali d
keliling lingkaran
(Diadopsi dari
Rutijah, widyaiswara LPMP Papua)
Akan tetapi, seperti
halnya tekhnik yang lainnya, tekhnik rima dan lagu ini memiliki kelemahan yaitu
hanya menekankan pada hafalan di luar kepala tidak pada pemahaman.
Gunakanlah metode ini
secara bijaksana, jangan menghabiskan waktu terlalu lama dengan membuat rima
dan lagu dalam menghafal pelajaran sehingga pembuatan metode ini menjadi turut
campur dalam kegitan belajar kita.
Untuk pembelajaran,
cara penggunaan mnemonic sebagai berikut:
(1) siapkan fakta atau kata kunci dari materi
pelajaran yang harus diingat,
(2) kaitkan kata-kata
tersebut antara satu dengan yang lain,
(3) buat visualisasi
(khayalan) di dalam pikiran,
(4) panggil ulang
kata-kata tersebut.
Yang perlu disarankan
kepada guru dan peserta didik adalah
(1) jangan belajar saat badan anda dalam
kondisi yang lelah, karena rasa lelah tidak dapat menerima pengetahuan,
(2) bila satu pelajaran telah selesai
dipelajari, berikan waktu jeda atau jarak untuk membuka pelajaran yang lain,
(3) pengulangan materi hafalan disertai
evaluasi dalam waktu yang berbeda dapat membantu untuk memantapkan pengetahuan,
(4) belajar dalam keadaan kondisi jiwa
dan mental yang baik, artinya belajar dalam kondisi/suasana tenang,
(5) konsentrasi dan
tanggap adalah di antara faktor-faktor penting untuk mengatasi kelupaan, (
6) menggunakan cara
dan metode yang tepat dalam menghafal dapat membantu meningkatkan kemampuan
daya ingat otak,
(7) hilangkan sikap meremehkan suatu mata
pelajaran, dan
(8) belajar perlu
adanya “ulangan” atau review pada waktu-waktu tertentu atau setelah/pada akhir
suatu tahap pelajaran diselesaikan. Manfaat review atau ulangan ini ialah untuk
meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya
review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan
memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.