Keduanya seperti dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Sebuah keadaan dimana seorng mahasiswa harus membuat
tugas akhir pada setiap semesternya yang telah di bebankan. Seorang mahasiswa
dengan segala aktifitasnya yang sangat menyita waktu, mulai dari kuliah,
organisasi, les tambahan bahkan hanya duduk manis di depan laptop sekedar
membuka facebook. Dari semua aktifitas tersebut menjadi faktor dimana tugas
akhir tersebut akan dikerjakan pada akhir-akhir semester.
Tugas akhir yang di berikan oleh Dosen,
selalu pada awal perkuliahan atau paling tidak pertengan semester. Tapi, kita
kembali melihat fenomena aktifitas mahasiswa yang sangat sibuk. Sehingga sangat
sedikit sekali kesempatan untuk membuat bahkan memikirkan tugas tersebut.
Kejadian ini sudah menjadi kebiasaan rutin dan turun temurun yang terjadi pada
mahasiswa.
Tidak semua pernyataan itu benar, karena
masih ada mahasiswa yang benar-benar memikirkan kuliah serta tugas-tugasnya.
Tapi terkadang mahasiswa seperti ini hanya berdedikasi untuk kuliah. Mereka
memakai waktu hanya untuk urusan kuliah dan embel-embelnya, jadi tidak heran
kalau semua tugas yang ada selesai dengan baik. Namun mahasiswa seperti ini
sulit bersosialisasi antar sesama mahasiswa lainnya. Mereka lebih mementingkan
urusan mereka masing-masing.
Kuliah dengan beban 24 sks terkadang
memang menguras tenaga dan fikiran serta waktu. Tak menutup kemungkinan semua
mata kuliah tersebut memiliki tugas akhir. Kalau saja mahasiswa dapat mengatur
waktu dengan baik, maka kondisi ‘kelabakan’ atau ‘keteteran’ tak akan terjadi.
Kelabakan atau keteteran merupakan bahasa yang menggambarkan kondisi
mahasiswa saat mengerjakan tugas akhir.
Karena mahasiswa cenderung men-setting waktu pada akhir semester. Bayangkan
dengan beban 24 sks, mata kuliahnya bisa berjumlah 9 atau 10. Semuanya memiliki
tugas yang harus diseleasikan dalam waktu paling banyak 2 minggu.
Dua minggu waktu yang tersisa membuat
mahasiswa perlu bekerja dengan ekstra. Tak ada waktu yang di sia-siakan. Begadang
hingga larut malampun mereka tidak keberatan. Terkadang waktu makanpun jadi
korban. Tapi hal tersebut tak menjadi masalah yang serius, karena dua minggu
ini merupakan penebusan waktu yang tak terluangkan atau tak tersempatkan untuk
mengerjakan semua tugas terebut.
Dua minggu terakhir ini seakan menjadi
penentu perjuangan selama satu semester. Karena dua minggu inilah seorang
mahasiswa benar-benar menuangkan segala waktunya hanya untuk tugas-tugas yang
menumpuk. Inilah buah ke tidaksempatan atau tak terluangkan waktu dari
kesibukan yang tak menentu, tapi saya rasa pernyataan tersebut hanya alasan
dari kemalasan untuk mengerjakan tugas secara berangsur-angsur. Pepatah
mengatakan, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa apa yang dikerjakan sedikit tapi kontiniu, akan menghasilkan hasil yang
besar juga. Fenomena ini juga tidak dapat dihindari lagi, karena itulah kondisi
sebenarnya dari mahasiswa.